26 May 2012
Banyak wanita memiliki kebiasaan implusive buying. Mereka belanja hanya untuk memenuhi hasrat, bukan kebutuhan.
TTak heran jika mereka mudah sekali terbujuk dengan diskon. Bahkan, sebagian dari mereka bahkan tak sungkan menggesekkan kartu kredit yang limitnya hampir habis demi memenuhi hasrat belanja.
Seorang profesor sains kesehatan di Indiana University, Ruth Engs, Ed.D mengungkapkan, terkadang kebiasaan belanja disebut sebagai shopacholism, kecanduan berbelanja yang dapat mengacaukan kehidupan seseorang, keluarga, dan keuangan.
Beberapa bukti baru mengungkapkan bahwa beberapa orang, sekitar 10-15%, mungkin memiliki sebuah kecenderungan genetis untuk menjadi seorang pecandu, yang kemudian muncul karena dipicu oleh lingkungan sekitarnya.
"Tapi, tak seorang pun yang benar-benar tahu alasan pastinya,” ujar
Dilansir berbagai sumber, berikut beberapa tanda-tanda vital seseorang terlebih perempuan penggila belanja.
Belanja menjadi problem yang kronis
"Kecanduan berbelanja adalah sebuah masalah yang berkelanjutan, dilakukan lebih dua atau tiga bulan dalam setahun,” ungkap Engs.
Kerap belanja sendiri
Bagi mereka yang kerap melakukan aktivitas belanja sendirian bisa dikategorikan sebagai penggila belanja karena ingin menyembunyikan sebagian dari pembelian orang lain.
Berbohong tentang pembelian
Orang yang kecanduan belanja sering menyembunyikan barang-barang yang dibeli dari anggota keluarga atau orang terdekat.
Jadikan belanja sebagai hobi
Anda pun akan lebih mudah kehilangan kontrol. Disarankan mengganti kegiatan belanja dengan kegiatan lain yang tidak melibatkan pembelian seperti rekreasi dan memasak.
Tidak terbuka tentang kebiasaan belanja
Shopaholic sering berbohong keberadaan mereka berbelanja. Mereka malu mengakui kedalaman masalah kebiasaan belanja yang tidak terkendali